Ruang
publik di kota-kota besar Indonesia tampak tidak beraturan. Hal ini disebabkan
oleh ruang publik tersebut diperubutkan oleh banyak pihak. Pihak-pihak tersebut adalah pengguna lalu
lintas, pedagang kaki lima, pejalan kaki, pengguna tempat parkir, dan pengguna
papan reklame yang tidak berturan. Tempat-tempat tertentu diperebutkan juga
oleh kelompok masyarakat kecil yang melakukan kegiatan ekonomi dan kelompok
masyarakat atas dan menengah yang ingin melakukan aktivitas rekreasi, olahraga,
maupun santai sejenak.
Sahabat
muda, inilah persoalan ruang publik kota di negara Indonesia. Berbagai upaya
untuk mengurangi persoalan ruang publik tampaknya belum membuahkan hasil. [1] Wakil
Menteri Pekerjaan Umum (WamenPU) Hermanto Dardak mengungkapkan penataan ruang di
Indonesia masih menjadi perhatian khusus : “Upaya membuat ruang terbuka hijau
itu nggak mudah. Untuk ruang yang sehat di perkotaan itu kita perlu 30% ruang
terbuka hijau. 10 private di perumahan, dan 20% publik," Suatu hal yang
ironis bahwa Indonesia memiliki lahan yang sangat luas memiliki persoalan
dengan ruang publik.
Di kota Medan. Trotoar sebagai tempat bagi
pejalan kaki telah beralih fungsi menjadi tempat pedagang kaki lima. Lalu
pernahkah kita mengintip perjuangan pedagang kaki? Sahabat muda, pedagang kaki
lima mempunyai suka dan duka yang terkadang memberikan sebuah pertanyaan yang
besar, “siapakah yang salah”? PKL
merupakan masyarakat yang berusaha untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari.
Lalu, pertanyaan berikutnya adalah apa penyebabnya?
Ke-dua pertanyaan di atas akan dijawab oleh penyebab
yang berikut ini:
1. Kesenjangan sosial ekonomi masyarakat. Persoalan
PKL yang menjamur berkaitan dengan minimnya sektor formal yang mampu menampung
mereka dan rendahnya SDM. Hal ini berpengaruh pada kesempatan kerja yang layak.
2. Kemampuan pemerintah mengantisipasi,
merencanakan, dan mengaplikasikan kawasan yang tertata secara ideal dibarengi
dengan komitmen masyarakat dan pihak-pihak terkait dalam mewujudkan ruang
publik yang ideal.
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Haryono, Paulus, 2007, Sosiologi Kota Untuk Arsitek, Jakarta : Bumi Aksara