This is default featured post 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Tuesday, April 5, 2016

Penyebab Hasil Kreativitas Anda Kurang Dihargai : Kependudukan (1)



Hasil penelitian yang dilakukan oleh Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta mengungkapkan bahwa pelanggaran Hak atas Kekayaan Intelektual (HAKI) masih terus dilakukan dalam dunia pendidikan, khususnya diperguruan tinggi. Berdasarkan penelitian tersebut pelanggaran HAKI yang paling banyak dilakukan adalah fotokopi buku dengan persentase 79% oleh dosen dan 54,7% oleh mahasiswa.[1]
Ada 4 (empat) cara menghargai hasil karya orang lain. Diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Menggunakan software yang asli atau dengan membeli nomor lisensi.
2. Tidak melakukan duplikasi, membajak, atau menyalin tanpa seizin perusahaan/pemilik.
3. Tidak memodifikasi (mengubah), menguruangi, atau menambah hasil karya orang lain tanpa seizin perusahaan/pemilik.
4. Tidak melakukan untuk tindakan kriminal.
Berdasarkan penelitian Business Software Alliance (BSA) pada tahun 2009, buruknya tingkat penghargaan hasil karya orang lain menempatkan Indonesia pada urutan ke 12 sebagai negara dengan tingkat pembajakan tertinggi di dunia.
Undang-Undang hak Cipta No 19 Tahun 2002 Pasal 72 dengan tegas memberi sanksi kepada mereka yang sengaja atau tanpa sengaja melakukan pelanggaran terhadap hasil kreativitas orang lain. Sanksi paling ringan ( 1 bulan penjara dan denda Rp. 1.000.000 rupiah) dan sanksi paling berat ( 5 tahun penjara dan denda Rp. 1.500.000.000 rupiah) tersedia bagi mereka yang melakukan pelanggaran hak cipta.
Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) turut ambil bagian dalam perkembangan teknologi Informasi dan Komunikasi di Indonesia. Ke dua Undang-Undang tersebut dianggap “nyeleneh” serta tidak memberikan dampak jera kepada mereka yang melakukan pembajakan software, film, dan lagu. Dengan nyata mereka dapat mendistribusikan hasil bajakan tersebut dengan bebas hingga pinggir jalan sekali pun.
Sebuah survey sederhana dilakukan oleh penulis di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Lahewa Kabupaten Nias Utara. Survey ini sejalan dengan profesi penulis sebagai guru mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi di kelas X pada materi pelajaran “Ketentuan dan Aturan dalam Penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi.”
 Dari 42 orang siswa yang diberi tugas “mengapa tingkat pembajakan di Indonesia masih tinggi?”  didapatkan hasil bahwa ekonomi masyarakat merupakan penyebab utama tingginya tingkat pembajakan di Indonesia.
 
Dari data tersebut di atas dapat dijelaskan bahwa 32 orang siswa memilih ekonomi sebagai penyebab utama  tingkat pembajakan yang semakin tinggi di Indonesia. Angka ini menyumbang 76% dari semua siswa. Pendidikan 14%, Minat atau permintaan masyarakat terhadap software bajakan menempati posisi ke tiga yaitu 5%. Teknologi yang semakin canggih dan aturan serta sanksi yang kurang tegas dari pihak yang berwenang menempati urutan ke empat dan ke lima.
Dari survey kecil tersebut, buruknya ekonomi masyarakat menjadi penyabab utama tingginya tingkat pembajakan di Indonesia. Apakah buruknya ekonomi masyarakat merupakan faktor utama? Penjelasannya adalah sebagai berikut.
1.     Ekonomi
Upah minimum tenaga kerja di Indonesia berada pada angka Rp. 1.500.000 rupiah. Angka diperoleh dari pendapatan rata-rata tenaga kerja Indonesia hingga awal tahun 2015. Pada tahun 2015, Indonesia memiliki jumlah penduduk sebanyak 252 juta jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk 1,99% pertahun (2010-2014). Jika usia produktif berada pada usia 19 tahun ke atas maka sekitar 5 juta penduduk Indonesia tidak mendapat penghasilan Rp. 1,5 juta rupiah setiap bulannya. 5 juta penduduk ini tidak memiliki pekerjaan. Penghasilan Rp. 1,5 juta rupiah setiap bulan yang diperoleh oleh sebagian tenaga kerja di Indonesia tentu sangat besar jika dibandingkan dengan penghasilan tenaga kerja profesional seperti guru yang mengabdi sebagai honorer di desa dengan penghasilan Rp. 300 ribu rupiah setiap bulannya. Apakah penghasilan tenaga kerja ini perlu direvisi kembali? Statistik Indonesia 2016 diharapkan dapat menjawabnya.
 
5 juta penduduk Indonesia tidak bekerja. Jelas, mereka bukanlah individu yang mempu membeli sofware, film, dan lagu yang asli. Maka dapat diambil kesimpulan bahwa pengangguran menyumbangkan 2% sebagai penyebab tingkat pembajakan di Indonesia masih tinggi. Masalah yang timbul adalah tingginya angka pengangguran.
Jika Rp. 1.500.000 merupakan penghasilan untuk semua jenis pekerjaan maka permasalahan yang muncul adalah pendapatan masyarakat Indonesia rendah. Jika pemisalan dilakukan untuk penduduk Indonesia yang masih meniti karir/kuliah/menuntut ilmu pada usia 20-24 tahun, maka 10,5 juta penduduk Indonesia pada usia 25-60 tahun memiliki masalah pada pendapatan yang rendah. Angka ini menyumbang 4,2% sebagai penyebab tingginya angka pembajakan di Indonesia. Harga perangkat lunak yang mencapai ratusan ribu hingga puluhan juta rupiah tidak mampu dibeli dari sisa pendapatan yang diperoleh.
Jika usia produktif adalah 25-60 tahun dan telah memiliki keluarga, maka masalah yang dihadapi adalah biaya hidup keluarga besar. Secara keseluruhan, setiap rumah tangga di Indonesia memiliki anggota keluarga 4 orang. Penghasilan orang tua (ayah+ibu) Rp. 3.000.000 rupiah setiap bulannya harus dapat memenuhi kebutuhan satu keluarga. Besarnya biaya hidup menyumbang 35% sebagai penyebab angka pembajakan di Indonesia masih tergolong tinggi.

Dari beberapa uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa buruknya ekonomi masyarakat  menyumbangkan angka yang besar yaitu 41,5% sebagai penyebab rendahnya penghargaan terhadap kreativitas orang lain di Indonesia.
Dari penjelasan di atas, buruknya ekonomi masyarakat memberikan pengaruh yang signifikan terhadap penghargaan hasil kreativitas orang lain di Indonesia. Permalahan yang timbul adalah buruknya ekonomi masyarakat. Akar dari permasalahan tersebut adalah kependudukan. Perhatikan penjelasan berikut ini.
Saat ini Indonesia menduduki peringkat ke empat sebagai negara dengan penduduk terbanyak di dunia. Badan PBB Bidang Kependudukan juga telah memprediksi bahwa Indonesia akan masuk ke dalam lima negara penyumbang pertambahan penduduk dunia sampai tahun 2050 bersama dengan India, Pakistan, Brazil dan Nigeria.
Setiap tahun Indonesia mengalami pertambahan penduduk. Pada tahun 2015, jumlah penduduk Indonesia 252 juta jiwa dan akan terus bertambah setiap tahun. Jika program Keluarga Berencana (KB) berhasil maka pada tahun 2050 penduduk Indonesia berada pada angka 320 juta jiwa tetapi jika program KB gagal maka pada tahun yang sama penduduk Indonesia akan mencapai 390 juta jiwa.
Secara logika, pertambahan penduduk setiap tahun akan berdampak baik bagi Indonesia. Semakin banyak penduduk maka barang dan  jasa yang dihasilkan juga akan semakin banyak.
“barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu negara tidak semata-mata tergantung pada jumlah penduduk saja, tetapi lebih pada efektifitas dan produktifitas”
Ternyata kalimat yang menyatakan “semakin banyak penduduk maka barang dan  jasa yang dihasilkan juga akan semakin banyak” adalah salah. Pada tahun 2014, GDP (Gross Domestic Bruto) Indonesia berada pada angka 5,0 dengan jumlah pendududk 252 juta jiwa. Hal ini tidak sebanding dengan negara Filipina pada tahun yang sama, Real GDP berada pada 6,1  dengan jumlah penduduk 100 juta jiwa. Dari data tersebut sangat jelas bahwa barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu negara tidak semata-mata tergantung pada jumlah penduduk saja, tetapi lebih pada efesiensi dan produktivitas penduduk tersebut.
Banyak ada banyak rezeki. Kalimat ini sungguh bertolah belakang jika diterapkan pada kehidupan berumah tangga dewasa ini. Bukankah suatu pekerjaan akan cepat selesai jika dikerjakan oleh banyak orang? 7,7 juta jiwa penduduk Indonesia sedang menganggur. Permasalahan ini timbul apabila setiap peningkatan penduduk menyebabkan suatu penyusutan pada sumber penghasilan perkapita yang wajar.
“Permasalahan yang terjadi di Indonesia saat ini adalah alat pemenuhan kebutuhan terbatas”
Setiap keluarga yang telah terbentuk menginginkan keluarga yang sejahtera. Kesejahteraan keluarga bisa diartikan terpenuhinya kebutuhan dasar hidup keluarga berupa kebutuhan jasmani (makanan bergizi, pakaian, perumahan dan sebagainya) dan kebutuhan rohani (keamanan, cinta kasih, kedamaian dan kebahagiaan). Jika sebuah keluarga memiliki 4 orang anak dengan penghasilan 1,5 juta setiap bulannya maka dapat dipastikan semua kebutuhan anggota keluarganya tidak terpenuhi. Jumlah anggota keluarga sangat berpengaruh terhadap kemampuan sebuah keluarga memiliki rumah yang sehat.
Buruknya ekonomi masyarakat berdampak pada kemiskinan. Hubungan antara kemiskinan dan jumlah penduduk merupakan hubungan yang kompleks. Namun banyak studi pada tingkat rumah tangga memperlihatkan bahwa tingkat kelahiran yang rendah akan meningkatkan pendapatan bagi perempuan (ibu) dan keluarga yang kecil memiliki kemampuan besar dalam menyekolahkan anaknya. Studi lain memperlihatkan bahwa penurunan kemiskinan berdampak pada peningkatan partisipasi perempuan dalam lapangan kerja sehingga meningkatkan pendapatan keluarga dan pada akhirnya mengentaskan kemiskinan.
Kepadatan penduduk juga akan mempengaruhi pada kebutuhan pangan, energi dan air. Badan PBB untuk urusan pangan (FAO) memperkirakan bahwa kebutuhan pangan dunia pada tahun 2050 akan meningkat 70% dari kondisi saat ini, dengan asumsi penduduk dunia pada tahun 2050 berjumlah sekitar 9,3 miliar. Lalu bagaimana jika penduduk dunia meningkat menjadi 10,6 miliar? Sudah bisa dipastikan kebutuhan untuk lapangan kerja, infrastruktur, dan pelayanan dasar seperti kesehatan, pendidikan, perumahan akan semakin naik.
Dapat disimpulkan bahwa jumlah penduduk yang besar memberikan pengaruh yang besar terhadap ekonomi masyarakat. Jumlah anggota keluarga menentukan jumlah penduduk. Jumlah anggota keluarga  sangat berpengaruh terhadap kemampuan sebuah keluarga memiliki rumah yang sehat, pendidikan sehingga pada akhirnya tercipta sumber daya manusia yang memiliki produktifitas dan efesiensi yang tinggi. 2 anak lebih baik.
Sumber:
Hidayat, Rudi. Teknologi Informasi dan Komunikasi. 2011. Jakarta : Erlangga
M, David. Masalah Kependudukan di Negara berkembang. 1985. Jakarta : PT. Bina Aksara
Bps.go.id


[1] Yrci.or.id, Wow, Fotocopi Buku Jadi Lahan Dosen Cari ‘Sampingan’, www.yrci.or.id/undanga-seminar-international/, diakses 5 April 2016, jam 08.40 WIB

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More