Monday, July 14, 2014

Pendidikan Lingkungan Hidup Adalah Action Untuk Mengatasi Permasalahan Drainase Perkotaan

Banjir merupakan kejadian yang sudah dianggap wajar di Indonesia. Dibeberapa kota besar, banjir merupakan teman wajib disaat musim hujan. Salah satu penyebab banjir di Indonesia adalah sampah. Ibu kota Jakarta sering dilanda banjir karena pengelolaan yang kurang baik.[1]
Jika dirunut ke belakang, akar permasalahan banjir diperkotaan berawal dari pertambahan penduduk yang sangat cepat, migrasi dan urbanisasi penduduk. Pertambahan penduduk yang tidak diimbangi dengan penyediaan prasarana dan sarana perkotaan yang memadai mengakibatkan pemanfaatan lahan perkotaan acak-acakan. Urbanisasi yang terjadi di Indonesia menambah beban daerah perkotaan menjadi berat. Kebutuhan akan lahan, baik untuk permukiman maupun kegiatan perekonomian meningkat sehingga lahan yang berfungsi sebagai retensi atau resapan menurun. Akibatnya aliran permukaan semakin besar. [2] Perubahan fungsi lahan terbuka menjadi daerah pemukiman atau bangunan industri mengakibatkan erosi dan banjir.


Faktor budaya turut ambil bagian dalam permasalahan drainase perkotaan. Budaya tersebut telah mengakar dan menjadi bagaian kehidupan masyarakat yang sulit diubah. Tingkat kesadaran masyarakat perkotaan terhadap lingkungan tempat tinggal sendiri sangat rendah. Sampah dibuang sembarangan. Sungai dan parit menjadi tempat empuk untuk menghilangkan jejak sampah dengan volume yang besar. Kesadaran untuk turut ambil bagian hanya timbul ketika bencana banjir telah datang.


Kebiasaan mahasiswa yang tinggal di kos atau tempat kontrakan sering meletakan keranjang sampah di luar kamar atau di halaman rumah. Kenyataannya adalah mahasiswa tidak peduli dengan sampah yang berceceran di luar kamar atau halaman rumah. Sampah tersebut lama kelamaan akan menumpuk dan banyak. Action yang berbeda timbul ketika keranjang sampah tersebut diletakan di dalam kamar. Sebelum keranjang sampah tersebut penuh maka pemiliknya segera membuangnya dengan satu alasan “bauk”. Kesimpulannya adalah ketika sampah masih belum memberikan masalah maka sampah tersebut bukan siapa-siapa.
Pada pemahaman lain, membuang sampah sembarangan adalah hal yang wajar dan harus dilakukan. Kewajaran tersebut muncul ketika seseorang yang telah menikmati minuman dan tidak tahu dimana seharusnya membuang kemasan minuman tersebut. Halte dan lampu merah merupakan tempat yang rentan.
Action itulah yang diperlukan. Action mempunyai hubungan dengan Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH). Pendidikan Lingkungan Hidup yang hilang dari masyarakat seakan mendukung budaya masyarakat yang tidak mau tahu dengan lingkungannya. Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) merupakan pendidikan tentang lingkungan hidup dalam konteks internalisasi secara langsung maupun tidak langsung dalam membentuk kepribadian mandiri serta pola tindak dan pola pikir perserta didik/mahasiswa/peserta diklat sehingga dapat merefleksikan dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan Lingkungan Hidup merupakan upaya melestarikan dan menjaga lingkungan serta ekosistem kehidupan makhluk hidup yang dapat memberikan konstribusi pada keberlangsungan kehidupan yang seimbang dan harmonis.
Sebagian besar mahasiswa di perguruan tinggi mendapat perkuliahan tentang lingkungan. Sebut saja mata kuliah Rekayasa Lingkungan, Manajemen Konstruksi, Ekonomi Teknik, Fisika Bangunan serta banyak mata kuliah yang lain yang berbicara tentang lingkungan. Jelas, secara umum mahasiswa Jurusan Teknik yang telah dan akan mempelajarinya. Siswa di bangku Sekolah Menengah Atas (SMK), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) mendapatkan pelajaran Biologi sebagai mata pelajaran yang memperkenalkan kepada siswa tentang lingkungan hidup dan polusi. Pemahaman yang mendalam dan action dari pemahaman tersebut secara umum tidak didapatkan oleh siswa di bangku sekolah pertama dan menengah.
Pendidikan Lingkungan Hidup menjadi salah satu Mata Pelajaran wajib bagi siswa sekolah dasar hingga menengah. Hal ini didasari pada masalah lingkungan hidup yang disebabkan karena ketidakmampuan mengembangkan sistem nilai sosial, gaya hidup yang tidak mampu selaras dengan lingkungan. Oleh karena itu, lembaga pendidikan formal merupakan salah satu sarana yang tepat untuk membangun masyarakat yang menerapkan prinsip berkelanjutan dan etika lingkungan. Anak/siswa yang mendapatkan pengetahuan tentang lingkungan hidup merupakan pengetahuan awal sehingga setiap warga negara memiliki pengetahuan tentang lingkungan biofisik serta menumbuhkan kesadaran agar terlibat secara efektif dalam memberikan solusi dari permasalahan lingkungan yang terjadi


Tong Sampah Pinggir Jalan
Untuk menumbuhkan Action sebagai hasil dari Pendidikan Lingkungan Hidup, maka pembangunan tong sampah atau bak sampah pada tempat-tempat umum sangat efektif. Tong sampah diletakan disekitar halte, lampu merah dan taman. Dengan meletakkan tong sampah di tempat umum tersebut diharapkan mampu mengurangi volume sampah yang dibuang dengan sembarang. Satu hal yang perlu diketahui oleh pemerintah adalah  setiap kebijakan publik harus melibatkan masyarakat. Oleh karena itu, pembangunan tong sampah harus melibatkan warga sekitar. Pendidikan Lingkungan Hidup mengambil bagian yang penting untuk mewujudkan masyarakat yang sadar akan lingkungan hidup. PLH dapat meningkatkan keterlibatan dan rasa memiliki dari masyarakat terhadap fasilitas yang telah dibangun oleh pemerintah. Action dari PLH menghilangkan kesan bahwa sarana dan prasarana yang telah dibangun oleh pemerintah semata-mata milik pemerintah sehingga masyarakat tidak peduli untuk merawatnya.


[1] Merdeka.com, Ahok kesal pengelolaan sampak DKI masih buruk, http://www.merdeka.com/jakarta/ahok-kesal-pengelolaan-sampah-dki-masih-buruk.html. 15 Juni 2014 (09.00)
[2] Air hujan yang mengalir dipermukaan tanah

0 comments:

Post a Comment

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More