Setiap keluarga yang telah terbentuk menginginkan
keluarga yang sejahtera. Wikipedia : Sejahtera adalah keadaan yang baik,
kondisi manusia dimana orang – orangnya dalam keadaan makmur, dalam keadaan
sehat dan damai. Kesejahteraan keluarga bisa diartikan terpenuhinya kebutuhan
dasar hidup keluarga berupa kebutuhan jasmani (makanan bergizi, pakaian,
perumahan dan sebagainya) dan kebutuhan rohani (keamanan, cinta kasih,
kedamaian dan kebahagiaan). Permasalahan yang terjadi di negara kita saat ini
adalah alat pemenuhan kebutuhan terbatas. Coba kita bayangkan jika sebuah
keluarga memiliki 4 orang anak dengan penghasilan kepala keluarga tidak lebih
dari 1 juta rupiah. Apakah semua kebutuhan anggota keluarganya terpenuhi?
Apakah semua anaknya bisa sekolah? Jawabannya tidak. Hal yang perlu dilakukan
adalah merencanakan jumlah keluarga.
Dengan perencanaan ini, maka ada penyesuaian antara kemampuan keluarga
(orang tua) menyediakan sarana pemenuhan kebutuhan dengan jumlah anggota
keluarga yang membutuhkannya.
Kebutuhan
keluarga yang lain adalah perumahan dan kesehatan. Jumlah anggota keluarga
sangat berpengaruh terhadap kemampuan sebuah keluarga memiliki rumah sehat.
Keluarga kecil memiliki kesempatan besar untuk menghimpun dana (menabung) untuk
membiayai pembanguan/pembelian sebuah rumah. Kenyataan di negara kita, standar
rumah sehat masih belum terpenuhi. BPS melaporkan bahwa pada tahun 2011,
pesentase rumah tangga dengan akses sanitasi layak sebesar 54,99%. Dengan kata
lain, 45% rumah tangga di Indonesia tidak memiliki akses sanitasi layak. Apakah
keadaan seperti ini yang terus kita harapkan?
Jumlah
anggota keluarga sangat berpengaruh terhadap pendidikan anggota keluarga.
Pendidikan bisa didapatkan oleh seorang anak di lingkungan keluarga dan
lingkungan formal. Keluarga kecil memiliki kemampuan besar dalam menyekolahkan
anaknya. Hal ini disebabkan sebagian pendapatan keluarga bisa digunakan untuk
menunjang keperluan anak di sekolah. Lalu, apa yang terjadi di negar kita?
Fakta nyata, rata – rata jumlah anggota keluarga Indonesia adalah 4 orang (BPS
2010). Lalu apa yang terjadi? Pada tahun 2011 jumlah penduduk Indonesia tidak
pernah sekolah 20,56 juta (8,42%). Ini adalah bukti bahwa sebagian besar
keluarga di negara kita tidak mampu menyekolahkan anaknya.
Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi
masalah kesenjangan sosial ekonomi antara lain sebagai berikut:
1. 2 anak cukup.
2. Meningkatkan kualitas SDM. Pendidikan formal, non
formal dan informal (keterampilan).
3. Kenaikan UMR atau UMK.
4. Pajak progresif untuk menambah dana sosial.
5. Menciptakan kegiatan formal di tempat-tempat yang
kumuh dan sarang kriminalitas.
6. Memajukan peradaban.
7. Perencanaan kota dan implementasi yang inovatif.
----------------------------------------------------------------------------------------------------
BKKBN, 1989, Buku Sumber Pendidikan KB,
Jakarta : BKKBN
Haryono, Paulus, 2007, Sosiologi Kota Untuk Arsitek,
Jakarta : Bumi Aksara
0 comments:
Post a Comment